Penerjemah pemula biasanya langsung menerjemahkan teks sumber dengan sering kali melihat makna kata yang tidak diketahuinya di kamus. Padahal, cara tersebut kurang efektif karena si penerjemah harus berulang kali kembali ke teks awal. Hal itu biasanya terjadi akibat salah memilih padanan kata.
Untuk itu, tak ada salahnya penerjemah membaca dulu teks yang akan diterjemahkan secara berulang kali. Cara tersebut cukup jitu dilakukan agar ia benar-benar memahami apa yang tersirat dalam teks.
Penerjemah juga harus dapat menyimpulkan apa tujuan penulisan teks tersebut. Ya, apakah untuk memberikan informasi, memengaruhi, sekadar hiburan, dan sebagainya.
Selain itu, penerjemah juga harus memahami kata-kata yang dipergunakan dalam menyatakan maksud penulis pada teks sumber. Sebab, kerap si penulis menggunakan banyak kombinasi acuan, diagram, statistik, dan lain-lainnya.
Penerjemah juga harus dapat melihat tingkat kesukaran dari teks yang akan diterjemahkan. Dia juga harus dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkannya untuk menerjemahkan.
Perlu diingat bahwa seorang penerjemah bisa dipegang kata-katanya. Sebab, jika ia sudah menyanggupi untuk menerjemahkan teks sumber dalam tiga hari, jangan pernah minta waktu tambahan. Tentu, karena hal tersebut hanya akan menunjukkan bahwa si penerjemah itu tidak profesional.
Memang, kegiatan terjemahan dan translation methods ternyata tak semudah yang diperkirakan. Cukup banyak hal yang harus diperhatikan. Dan, seorang penerjemah profesional harus terus berusaha menghasilkan terjemahan yang berkualitas baik.
Pun, perlu kesabaran dan keinginan tinggi untuk terus berlatih dan belajar. Ada baiknya bila penerjemah menyimpan daftar kata-kata yang mempunyai arti khusus dari teks yang sudah diterjemahkannya. Ini akan menjadi translation methods yang bermanfaat.
Kiranya, semakin lama jam terbang penerjemah, semakin cepat ia dapat menghasilkan penerjemahan yang berkualitas baik. Ada kualitas, tentu ada harga. Dengan kualitas itulah, menjadi penerjemah merupakan alternatif pekerjaan yang cukup menjanjikan.
http://edukasi.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar