Saat merenovasi rumah, biaya menjadi hal yang sensitif. Pasalnya, semua seolah terkait dengan biaya, mulai dari desain, kualitas bahan, waktu pengerjaan, sampai upah tukang. Belum lagi anggaran yang membengkak tak terkendali saat pelaksanaan. Ini bukan berarti Anda harus pasrah menerima “kebiasaan” renovasi yang seperti itu.
Menghitung biaya renovasi rumah merupakan salah satu cara agar anggaran tidak membengkak. Mengapa demikian? Karena saat perencanaan, biasanya Anda tidak memiliki gambaran mengenai seberapa banyak bahan yang dipakai. Bahan yang dikira hanya butuh sedikit, tidak tahunya perlu berulang-ulang menambah, dan sebalikya. Dengan menghitung sendiri biaya renovasi—yang pasti menghitung kebutuhan bahan dan tukan—setidaknya Anda punya gambaran berapa banyak biaya yang Anda keluarkan. Syukur-syukur, dengan ketelitian Anda, biaya yang tidak perlu bisa dihemat.
Menghitung biaya renovasi boleh dibilang gampang-gampang susah. Rumus baku sebenarnya sudah tersedia, tetapi dalam penghitungannya banyak komponen yang harus diperhatikan dan dikerjakan secara teliti. Hasil perhitungan yang ngikuti sebuah rumus kadangkala juga kurang akurat. Bagi kontraktor yang berpengalaman, biasanya biaya renovasi bisa dihitung langsung secara kira-kira, misalnya per m2 dikenakan biaya Rp 1,5 juta.
Meskipun mirip rumus matematika atau fisika, hasil perhitungan jumlah bahan bangunan dan biaya yang dibutuhkannya kadang tidak tepat 100%. Dalam pembangunan, biasanya ada yang disebut dengan waste (sisa). Waste ini gunanya sebagai cadangan jika ada kesalahan atau hal-hal yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan pembangunan. Misalnya, saat pemasangan lantai, ubin keramiknya ada yang pecah, saat pembangunan dinding, batu batanya ada yang patah, dsb.
Info terkait - biaya renovasi rumah
Thanx infonya..
BalasHapus